Kamis, 25 Desember 2008

memulai dengan kebijakan tak populer

Tematik : tokoh panutan

ILHAM ARIF SIRAJUDDIN, WALI KOTA MAKASSAR

Cerita dari Pantai Cinta
Ia memulai karier dengan kebijakan tak populer. Akhirnya dekat di hati rakyat.

OMBAK menebah dermaga plastik yang terapung. Sudah dua jam lebih pemuda itu terombang-ambing. Di bibir anjungan Pantai Losari, Makassar, ia memainkan pancing, Jumat sore dua pekan lalu. Kerambanya masih kosong. ”Kadang sampai lepas magrib tak dapat,” kata Ali Nurdin. Sejak anjungan rampung, hampir saban hari Ali, warga Mamajang, datang ke Losari.

Kerapian Pantai Losari bermula dari pertemuan Presiden Megawati Soekarnoputri dengan Wali Kota Ilham Arif Sirajuddin di Makassar, Juli empat tahun silam. Dalam bincang-bincang sepeminuman teh, Megawati setuju mencanangkan revitalisasi pantai. Melalui Departemen Kelautan dan Perikanan, Makassar mendapat bantuan Rp 25 miliar.

Awalnya, banyak pihak sangsi, termasuk anak buah Ilham. Berkaca ke tahun-tahun lalu, revitalisasi selalu kandas di tengah jalan. Pertama soal biaya. Kedua, banyak yang menentang, terutama pedagang kaki lima. Bila terbetik pembenahan, silih berganti demo memenuhi jalanan.

Dulu, setiap menjelang senja, warung tenda mulai berbentangan di jalur pantai sepanjang satu kilometer itu. Makanan-minuman segala rupa: coto makassar, sop konro, palu basah, es pisang ijo..., tinggal sebut! Makin malam, suasana makin marem.

Apalagi pada hari libur atau ketika ada pergelaran. Orang membeludak ke jalan. Kendaraan terpaksa mencari jalur memutar. Dampak lainnya: pantai tercemar, sampah mengambang di mana-mana. Menghadapi kenyataan ini, Ilham berpikir keras.

Setelah didukung Megawati, Ketua Partai Golkar Makassar itu mengerahkan 16 kadernya di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dewan pun menyetujui Rp 5 miliar untuk pengerjaan tahap awal. Pemerintah Provinsi menambahi Rp 2 miliar.

Tapi jalan belum lapang. Demo masih ramai: Ilham dituding main mata dengan investor. Bila pantai dibenahi, orang khawatir harus membayar tiket masuk. Ilham seperti tak ambil pusing. ”Dia berani tidak populer,” kata pakar otonomi daerah, Andi Mallarangeng. ”Banyak terobosannya.”

Dua tahun lalu, anak Bupati Gowa Arif Sirajuddin itu membuktikan semua tuduhan mereka tak benar. Tak dipungut bayaran masuk. Kini masyarakat menanti anjungan Bugis-Makassar dan Toraja-Mandar yang masih dikerjakan. Makassar benar-benar menjadi waterfront city. Hotel, hospital, restoran, kafe, dan tempat hiburan menatap pemandangan pantai dan laut lepas yang menawan.

Menurut Ilham, sebagai gerbang utama menuju kawasan timur Indonesia, Makassar perlu bersolek. Ia berambisi menjadikan Makassar kota metropolitan pertama di luar Jawa. Akhir tahun lalu ia pun memulai proyek keduanya, memermak Lapangan Karebosi.

Kala itu, ruang terbuka di jantung kota tersebut memang tak layak lagi menjadi landmark ibu kota. Hujan sebentar saja, air sudah menggenang. Maklum, Karebosi satu meter di bawah permukaan jalan. Rumput menyembul tak rata. Di bawah pohon-pohon besar yang tersebar mengitari pagar, puluhan waria menjalankan aksinya, tak kenal sore atau malam.

Seperti waktu merombak Losari, aksi tata kota ini mendapat serangan serupa. Bahkan makin gencar, lantaran saat itu proses pemilihan wali kota mulai bergulir. Lagi-lagi Ilham tak ambil pusing. Ruang terbuka hijau di pusat Kota Anging Mamiri itu ditimbun tanah hingga satu meter di atas permukaan jalan. Untuk menambah penangkal banjir, drainase dibereskan. ”Air disalurkan ke pantai,” kata Ilham.

Agar kota bertambah segar, ratusan pohon ditanam di area sebelas hektare itu. Rumput dicukur rapi. Arena bermain yang sudah beroperasi sejak empat bulan lalu adalah lapangan sepak bola, softball, dan futsal yang dipisahkan jalur pedestrian selebar tiga meter. Di jalur itu, setiap sepuluh meter, satu pohon tumbuh menjulang.

Kamis dua pekan lalu, belasan pekerja terlihat merampungkan jalur menuju pendaratan helikopter di sisi utara lapangan. ”Tempat ini juga digunakan sebagai lapangan upacara,” kata Syamsul, salah seorang pekerja.

Nah, di bawahnya berdiri pertokoan dan mal yang memakan ruang hingga 2,9 hektare. Para pedagang, yang biasanya bertaburan, kini berjualan dengan tenang. Pengunjung juga banyak yang datang lantaran barang yang ditawarkan makin beragam. Soal ”banci”, kini tak ada lagi yang berani melenggang.

Jerih payah itu kemudian mulai berbuah. Sejak Ilham menjadi wali kota empat tahun silam, investasi yang masuk Rp 8,9 triliun. Ia memberikan kemudahan izin usaha. Misalnya, rekomendasi dari pemerintah kota tak lebih dari satu jam.

Pesatnya pendapatan daerah mendongkrak pertumbuhan ekonomi, yang tahun lalu mencapai 8,09 persen, jauh di atas angka nasional yang hanya 6,3 persen. Anggaran dan pendapatan daerah tiap tahun juga makin meningkat (lihat tabel).

Alokasi dana kesejahteraan pun terus bertambah. Tahun ini, untuk biaya kesehatan, pemerintah kota menganggarkan Rp 27,9 miliar. Dengan dana sebesar itu, warga tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun bila berobat ke puskesmas.

Ilham juga menerbitkan 60 ribu kartu miskin yang digunakan warga untuk mendapat layanan gratis kesehatan dan pendidikan. Bahkan siswa di 46 sekolah dasar dan empat sekolah menengah pertama mendapat seragam dan alat tulis cuma-cuma.

Masyarakat Makassar, akhirnya, merasa dekat dengan sang Wali Kota. ”Pak, foto bareng, ya?” serombongan muda-mudi di Pantai Losari menyapa Ilham, Jumat dua pekan lalu. Ilham bahkan ”patuh” ketika mereka meminta dia mengacungkan jempol saat berpose.

sumber:
majalahTempoInteraktif

Tidak ada komentar: